12 August 2018

Hati-hati, Sering Bermain Gawai Menyebabkan Kerusakan Saraf

Ilustrasi wanita memainkan atau memegang handphone atau ponsel. shutterstock.com
TEMPO.COJakarta - Jika sering mengalami kebas  atau kesemutan yang tiba-tiba datang ketika beraktivitas, ada baiknya Anda mulai waspada. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa membuat saraf mati rasa sehingga anggota tubuh bisa tidak lagi merasakan apapun.
Kesemutan dan kebas yang sering muncul bisa jadi pertanda Anda mengalami neuropati atau gangguan saraf. Mengerikannya lagi, masalah tersebut saat ini bukan hanya dialami usia tua saja namun juga sudah merambah ke generasi aktif yang berusia 26-30 tahun.
Awalnya, mungkin Anda hanya merasakan kesemutan atau kebas sewaktu-waktu saja. Namun kemudian, jika memburuk dan tidak dicegah serta ditangani dengan tepat bisa merusak seluruh sel saraf dan bisa berakibat kelumpuhan.
Gaya hidup sehari-hari menjadi penyebab. Menariknya, ternyata pemakaian gawai berlebihan menjadi pemicu terbesar saat ini.
Berdasarkan penelitian Nenoin yang dilakukan MERCK merupakan Studi Klinis mengenai kesehatan saraf tepi yang pertama kali diadakan di Indonesia menunjukkan bahwa gawai menyumbang 61,5 persen penyebab orang mengalami neuropati.
Kemudian, neuropati juga disebabkan oleh mengendarai motor atau mobil (58,5 persen), duduk dengan posisi sama dalam waktu yang lama (53,7 persen), dan mengetik dengan komputer (52,8 persen).
Selain gaya hidup, kekurangan vitamin B juga menjadi penyebab utama terjadinya neuropati. Berdasarkan riset tersebut, tercatat hanya 30,2 persen orang yang mengonsumsi vitamin B.
Ilustrasi konsumsi vitamin. Shutterstock.com
Hasil penelitian itu juga menyebutkan neuropati dapat dicegah dan diobati sebelum menjadi fatal. Untuk upaya pencegahan, jalani gaya hidup sehat, olahraga teratur, istirahat yang cukup, pola makan dengan gizi seimbang, dan konsumsi vitamin neurotropik 1 kali sehari sejak dini secara teratur atau sesuai petunjuk dokter.
Penelitian tersebut  telah dipublikasikan di Asian Journal of Medical Sciences 2018. Nenoin dilakukan di delapan kota melibatkan 411 pasien yang mengalami gejala neuropati ringan sampai sedang dari etiologi yang berbeda. Jadi sangat dapat dipercaya dan representatif terhadap masyarakat Indonesia.
Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat yang juga konsultan neurologis dari Departement Neurologi FKUI/RSCM, mengatakan neuropati memberikan beragam ketidaknyamanan dalam beraktivitas sehari-hari.
Jika dibiarkan, gejala neuropati seperti kram, kebas, dan kesemutan dapat menetap dan mengarah pada kelumpuhan. Saraf dengan kerusakan lebih dari 50 persen sudah tidak dapat diperbaiki.
Salah satu contoh kerusakan saraf adalah Carpal Tunnel Syndrome(CTS). CTS dengan kondisi parah dapat menyebabkan rasa nyeri dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan menetap.
"Rasa nyeri tersebut dapat membuat fungsi tangan menjadi terbatas sehingga dapat menimbulkan kelumpuhan otot dan mengakibatkan kecacatan yang berpengaruh pada pekerjaan penderita . Dari fisik terlihat, tergantung dari jenis saraf yang terkena. Bila saraf tangan yang terkena dan tidak mendapatkan pengobatan yang baik maka telapak dan jari-jari tangan menjadi melengkung,” ujarnya.
Lebih lanjut Manfaluthy mengatakan, infeksi akibat neuropati banyak dialami oleh mereka yang mengalami kebas atau mati rasa atau baal sehingga tidak terasa ketika luka. Luka yang terjadi sangat mungkin terkena infeksi. Infeksi semakin parah ketika dialami oleh penderita diabetes.
"Pada penderita diabetes, angka prevalensi neuropati meningkat menjadi 50 persen atau satu dari dua penderita. Penurunan kualitas hidup terjadi ketika intensitas terjadinya gejala-gejala neuropati semakin sering," tambahnya.
Sumber: Tempo.co


EmoticonEmoticon