TEMPO.CO, Jakarta - Penularan virus hepatitis B melalui transmisi vertikal yakni dari ibu pengidap pada bayi yang dikandung masih tinggi. Pasalnya, sekitar 90 persen bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B akan tertular.
Apabila tidak ditangani dengan benar akibatnya fatal, yaitu berpotensi tinggi menjadi hepatitis kronis, sirosis hati, dan kanker hati. Ini berbeda dengan infeksi pada orang dewasa, hanya sekitar 5 persen yang berkembang menjadi kronis.
Oleh karena itu, pencegahan penularan perinatal penting untuk mengurangi penyebaran virus hepatitis B. Salah satu cara yang dapat dilakukan melalui vaksin hepatitis B pertama atau HB 0 kepada bayi dengan ibu positif hepatitis kurang dari 24 jam setelah lahir.
Ketua Umum Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Irsan Hasan mengatakan, penapisan status hepatitis ibu hamil menjadi sangat penting. Dengan mengetahui status hepatitis sejak awal, orang tua bisa mempersiapkan kelahiran dengan lebih baik.
“Karena lebih banyak yang penularan vertikal atau penularan dari ibu ke anak. Kalau ini (vaksin HB 0) belum berjalan baik, maka angka hepatitis tidak akan turun,” kata Irsan.
Irsan mengatakan, infeksi virus hepatitis terkait erat dengan sistem kekebalan tubuh. Setelah virus masuk tubuh dan berdiam dalam hati, sistem kekebalan tubuh akan memerangi virus itu. Itulah yang menyebabkan kondisi hati atau liver memburuk.
Vaksin hepatitis B. TEMPO/Prima Mulia
Infeksi virus hepatitis pada orang dewasa umumnya sembuh dengan sendirinya. Sementara itu, virus hepatitis pada bayi, yang sistem kekebalan tubuhnya masih lemah, berbahaya. Itu sebabnya, banyak balita terinfeksi.
Menurutnya, para ahli sebenarnya telah lama merekomendasikan pemberian vaksin HB 0 kurang dari 24 jam. Namun, karena fasilitas kesehatan dan kondisi geografis tidak merata, vaksin HB 0 diberikan kepada maksimal 7 hari setelah lahir. Pemberian vaksin HB 0 yang diikuti dengan vaksin hepatitis B immune globulin (HBIG) segera setelah lahir dapat mencegah penularan hingga 95 persen.
Upaya pencegahan tersebut diharapkan bisa mengerem penularan hepatitis B dari ibu ke anaknya dan secara keseluruhan menjadi bagian dari target Kementerian Kesehatan untuk membebaskan Indonesia dari hepatitis pada 2020.
Berdasarkan riset Kemenkes pada 2013, prevalensi hepatitis B mencapai 7,1 persen dari total jumlah penduduk dan hepatitis C sebesar 1 persen. Berarti, ada sebanyak 18 juta orang yang sudah terinfeksi virus hepatitis B, sedangkan yang terinfeksi hepatitis C sebanyak 2,5 juta orang.