Hukum Sunat Adalah Ajaran KRISTEN
Bagi orang yang beriman, yang mengaku menyembah Tuhannya Abraham, sunat adalah sangat penting. Sunat dalam hal ini sangat penting karena sebagai syarat yang mengikat, bersifat kekal sepanjang zaman dari sebuah Perjajian Keselamatan dari Tuhannya Abraham, bagi setiap orang yang mengaku sebagai penyembah Tuhannya Abraham dan agar dirinya diakui oleh Tuhannya Abraham sebagai penyembah-Nya (lih: Kejadian 17:7).
Bagi orang yang tidak bersunat, meskipun sepanjang hidupnya mengklaim sebagai penyembah Tuhannya Abraham, menganggap dirinya sebagai seorang yang beriman, ia tetap dianggap sebagai orang kafir. (lih: Kejadian 17:14).
Sedemikian pentingnya sunat, sehingga Abraham pun taat langsung bersunat meskipun telah berusia 99 tahun, bersama Ismael (13 tahun) dan seluruh orang yang tinggal bersamanya (lih: Kejadian 17:20). Sedemikian pentingnya sunat, sehingga Yosua pun menyunat semua anak buahnya yang belum bersunat setelah mengembara selama 40 tahun (lih: Yosua 5) dst... sampai Yesus pun disunat (Lukas 2:21; dilanjutkan aqiqah? 22:24).
Sebaliknya, bagi kaum kafir/ idolater, maupun yang sesat yaitu mengaku sebagai penyembah Tuhannya Abraham tapi dengan caranya sendiri, tidak bersunat juga sangat penting.
Karena adanya dua kutub ini, maka terjadilah “perang sunat.”
Perang sunat dalam konteks ini diawali sejak adanya pertentangan antara murid-murid Yesus (Matius 10:2-6) dengan Paulus. Murid-murid Yesus (kelompok Yakobus/ sekte Yahudi Nasrani = muslim pada risalah Yesus) mengajarkan untuk harus bersunat, adapun Paulus yang bukan murid Yesus justru menentangnya. Hal ini bisa terbaca jejaknya dalam Kisah Para Rasul maupun berbagai tulisan Paulus lainnya.
Pada waktu inilah dimulai perang kata-kata, Paulus menyuruh mereka (kelompok Yakobus) yang tetap mengajarkan bersunat agar sekalian mengebirikan saja dirinya (Galatia 5:2), menganggap mereka suka menonjolkan diri saja, sebagai munafik (Galatia 6:13), bahkan menganggap mereka sebagai anjing, dan kemudian mengklaim dirinya yang justru paling “bersunat” (Filipi 3:2-3).
Paulus lantas memunculkan istilah sunat hati di-versus-kan dengan sunat daging (yang sebenarnya ini ‘lagu lama’ karena dalam PL selain ada perintah supaya sunat/ khatan (sunat daging), juga supaya bersunat hati maupun bibir, seperti dalam (Ulangan 10:16 dan Yeremia 4:16).
Muncul pula istilah sunat Kristus (Kolose 2:11), bahwa penyaliban dan terbunuhnya “Yesus” tidak hanya menebus semua dosa pengikutnya, tapi bahkan menggantikan kulup-kulup Kristen.
Kulup Kristen sangat mahal dibanding Yesus, sehingga bagi Kristen yang melakukan sunat, maka doktrin soteriologi salib; kematian “Yesus” di kayu salib tidak berguna lagi, akan masuk neraka.. ahh.. (lih: Galatia 5:2).
Sejak itu (lebih kurang th. 50 M) melalui konsili Yerusalem (Kisah 15), terpisahlah antara ajaran murid-murid Yesus yang dipimpin oleh Yakobus (Sekte Yahudi Nasrani), dengan ajaran tak bersunat dari Paulus. Yakobus menjadi pragmatis dan mentoleransi Paulus untuk membiarkan apa yang Paulus ajarkan kepada non Yahudi, hanya karena banyaknya sokongan uang dari goyim yang makmur untuk mendukung keberlangsungan gereja Yerusalem (mulai 29 M) yang sangat kekurangan dana.
Dan perang sunat ini belumlah berakhir...
Bahkan ini barulah permulaan.. awal dari perang sunat tanpa akhir!
Tapi sabar dulu yah.. bersambung
Sambil menunggu sambungannya, saya sich sangat yakin deh bahwa setiap kali seorang Kristen melihat ‘burungnya’ akan terjadi perang sunat.
Bagi yang sudah sunat:
“Duh sial.. salib Kristus jadi tak berguna lagi! Eh, tapi aku kan bersunat demi kesehatan, bukan karena keyakinan...”
#Wah, bagaimana berharap bisa selamat bila perjanjian keselamatan dari Tuhannya Abraham diremehkan, bahkan ditolak dengan pendapat manusia Paulus.
Bagi yang belum sunat:
“Duh bagaimana yah, kalau tak bersunat maka tidak diakui sebagai penyembah Tuhannya Abraham, sangat sia-sia walau seumur hidup beribadah kepada-Nya. Tapi... kalau bersunat, maka salib Kristus jadi tak berguna lagi...”
Sumber : yesmuslim.blogspot.com
EmoticonEmoticon