Foto: Tragedi Kanjuruhan (Charolin Pebrianti/detikJatim)
Kesaksian Korban Selamat Kanjuruhan: Nggak Bisa Napas, Pintu Terkunci
Tragedi maut yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Sabtu (1/10) kemarin menyisakan sejumlah cerita pilu. Salah satu suporter yang menyaksikan tragedi bercerita soal pintu stadion terkunci.
Kesaksian ini diceritakan kembali Ahmad Prayoga Saputra, warga desa Kademangan, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang kepada CNN Indonesia TV. Prayoga saat ini masih dirawat di RS Umum Saiful Anwar Malang.
Prayoga bercerita bahwa saat itu ada sejumlah suporter Aremania yang turun ke bawah. Namun, saat para suporter itu kembali naik ke tribun, gas air mata ditembakkan ke arah tribun.
"Waktu yang di bawah itu pada ke tribun, polisi nembakin gas air mata," ujar Prayoga dalam wawancara CNN Indonesia TV, Selasa (4/10).
Prayoga pun langsung berlari menyelamatkan diri dari tembakan gas air mata itu. Dia merasakan sesak nafas dan perih di mata. Para suporter berdesak-desakan di pintu keluar.
"Saya lari soalnya nggak bisa nafas dan kena mata itu perih. Terus di pintu keluar itu berdesak-desakan nggak bisa keluar," katanya.
Prayoga mengatakan saat itu pintu keluar stadion dalam keadaan tertutup. Pintu itu terkunci sehingga para suporter terjebak dalam stadion.
"Pintunya tertutup. Takut ada yang masuk lagi. Terkunci. Jadi nggak bisa keluar," ungkapnya.
Prayoga saat itu bersama kawannya. Namun, kawannya tidak selamat dalam tragedi tersebut.
"Sama temen saya, berdua. Ya bareng lari. Tapi pegangan saya lepas. Anaknya meninggal," tuturnya.
Tembakan Bermula Saat Supporter Turun Ke Lapangan
Kesaksian lain juga disampaikan oleh Armando yang juga berada di tribun. Armando bercerita bahwa pada awalnya kondisi stadion kondusif. Para pemain Arema dan official sempat meminta maaf kepada Aremania karena kalah dengan Persebaya.
"Sebenarnya yang terjadi adalah pemain Arema dan official melakukan lingkaran di tengah lapangan. Dan di situ dilakukan permohonan maaf oleh pemain dan official kepada pihak Aremania yang tepatnya berada di tribun papan skor ya," kata Armando.
Saat itulah ada oknum suporter yang turun ke lapangan. Namun, dia mengatakan bahwa awalnya suporter itu ingin memberikan motivasi kepada pemain Arema yang kalah.
"Nah dari situ turunlah oknum suporter dari Aremania. Sebenarnya waktu itu turun untuk memberikan motivasi kepada pemain Arema yang pada saat itu kalah," jelasnya.
Aparat memukul mundur suporter. Namun para suporter ada yang membalas. Setelah itu, aparat menembakkan gas air mata ke segala penjuru.
"Dengan melubernya begitu banyak suporter yang turun, akhirnya dipukul oleh aparat kepolisian dengan pemukulan tendangan terhadap oknum suporter yang saat itu turun ke lapangan. Dan saat itu juga Aremania sempat mundur dan dibalas dengan tendangan, lemparan oleh suporter Arema sendiri. Sempat terpojok lihat aparat. Akhirnya dilakukanlah tembakan gas air mata ke segala penjuru," ungkapnya.
Dia mengaku melihat salah seorang jenazah yang mengalami luka bakar. Dia mengatakan saat itu tembakan gas air mata diarahkan ke suporter, bukan ke atas tribun.
"Saya lihat waktu itu jenazah dengan luka bakar. Itu tembakannya langsung ke suporter, bukan tembakan ke atas tribun," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, tragedi Kanjuruhan pecah usai laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10). Kerusuhan berawal saat ada sebagian penonton yang masuk ke lapangan. Polisi dan anggota TNI kemudian membubarkan massa. Gas air mata pun digunakan di dalam stadion. Sejauh ini, ada 125 orang yang meninggal dalam insiden ini. Sedangkan yang lain masih mendapatkan perawatan.