13 August 2018

Sensitif Mendengar Bunyi? Mungkin Anda Mengidap Misophonia

Ilustrasi wanita menggigit lolipop.
TEMPO.COJakarta - Jika Anda merasa terganggu saat mendengar bunyi kunyahan sereal yang keras, atau ingin berteriak ketika mendengar orang menyeruput kuah sup dengan nyaring, bisa jadi Anda memiliki masalah neurologis yang nyata, dan Anda tidak sendiri. Istilah teknis untuk kondisi seperti ini dinamakan misophonia. Misophonia didefinisikan sebagai kepekaan yang sangat parah terhadap suara, seperti mengunyah, batuk, menguap dan lain sebagainya.

Beberapa orang memiliki kasus mishoponia yang lebih parah dibanding yang lain. Mereka sampai pada titik dimana benar-benar merasa terganggu oleh suara-suara, sampai harus membutuhkan terapi perilaku kognitif. Misophonia telah resmi disebut sebagai salah satu masalah neurologis sejak 2001. Namun meskipun begitu, masih banyak kelompok skeptis yang mempertanyakan apakah mishoponia adalah kondisi nyata.
Tapi pada tahun lalu, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology menunjukkan bahwa mereka dengan gejala ini memiliki kelainan di lobus frontal otak mereka yang menyebabkan reaksi keras terhadap suara. Bahkan hal ini bisa memicu timbulnya keringat berlebih dan detak jantung yang lebih cepat. "Saya berharap ini akan menenangkan para penderita," kata Profesor Neurologi Kognitif di Universitas Newcastle dan Universitas College London, dalam sebuah siaran pers. "Saya adalah bagian dari komunitas skeptis sendiri sampai kami melihat pasien di klinik dan mengerti betapa mirip ciri-cirinya."
Pada Februari lalu, penelitian lain menemukan bahwa misoponia dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Applied Cognitive Psychology, suara yang halus seperti kunyahan permen karet, cukup untuk memengaruhi kinerja akademis. "Beberapa orang sangat sensitif terhadap suara latar belakang yang relatif halus seperti mengunyah, dan kepekaan ini dapat mengganggu cukup banyak untuk merusak pembelajaran," tulis rekan penulis studi, Logan Fiorella, asisten profesor kognisi terapan dan pengembangan di University of Georgia, kepada TIME.
Para peneliti memiliki 72 mahasiswa yang mempelajari makalah tentang migrain. Setengahnya duduk di sebuah ruangan dengan orang yang mengunyah permen karet, dan yang lainnya tidak. Mereka semua kemudian mengambil tes dalam suasana hening. Mereka yang satu ruangan dengan orang yang mengunyah permen karet memiliki nilai tes yang lebih rendah.
Fiorella mencatat bahwa secara klinis tidak ada siswa yang menderita mishoponia yang parah, tetapi mereka masih terkena dampak kebisingan. "Ini mungkin sangat penting bagi siswa dengan tingkat sensitivitas misophonia yang lebih tinggi untuk menghindari belajar di tempat-tempat di mana ada banyak suara 'pemicu', seperti orang lain yang sedang mengunyah, batuk, memencet pena, atau menggesek-gesek kertas," ucap Fiorella.
"Ketika itu tidak dapat dihindari, beberapa strategi yang disarankan oleh peneliti lain termasuk menggunakan penutup telinga, fokus pada bunyi seseorang, atau menggunakan dialog internal yang positif," demikian seperti dilansir dari People.
Sumber: Cantik.Tempo.co


EmoticonEmoticon