Petaka Garuda dan Lion Air keluar jalur dan nyaris serempetan
Kamis (11/2) Dunia penerbangan Indonesia kembali dikejutkan dengan sebuah insiden. Kali ini pesawat Garuda Indonesia GA 340 tujuan Surabaya-Denpasar dan Lion Air JT 960 rute Bandung-Denpasar nyaris celaka saat mengudara.
Peristiwa itu terjadi pada Kamis (11/2) lalu, sekitar Pukul 14.17 WITA. Saat itu kedua pesawat hendak mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Namun cuaca buruk di Kabupaten Jembrana menghambat. Beruntung, insiden itu tidak terjadi. Meskipun jarak antara Garuda dan Lion Air hanya 1.000 kaki atau 30 meter.
"Kalau nyaris tabrakan tidak, hanya ada manuver sedikit soal beda ketinggian. Lion Air agak naik, Garuda pesawatnya agak merendah. Karena pengaruh cuaca hujan lebat," kata salah satu sumber di salah satu maskapai penerbangan Bandara Ngurah Rai di Bali.
Dia membenarkan kalau seluruh penumpang dan awak penerbangan Lion Air saat itu sempat protes, lantaran jarak pesawat Garuda terlihat jelas dan begitu kerasnya suara. Bahkan dikabarkan akibat insiden tersebut, pesawat Garuda gagal mendarat di Bali dan kembali ke Surabaya.
Melihat kejadian itu, kata dia, jika dari GA 340 terus menurun dan JT 960 menanjak, kemungkinan akan terjadi kecelakaan.
"Saat itu, dari JT Lion Air diturunkan ke 15 ribu feet dan Garuda diturunkan ke 16 ribu feet. Nah, dalam proses turun itu jaraknya 1.000 feet," paparnya.
Dia menambahkan, Lion Air lantas mendarat ke Ngurah Rai pukul 15.01 WITA, sementara pesawat Garuda kembali lagi ke Bandara Juanda Surabaya. Setelah itu kembali mendarat di Bandara Ngurah Rai pukul 16.59 WITA.
Meski demikian, pihak AirNav Ngurah Rai menampik kabar soal insiden nyaris tabrakan antara pesawat maskapai Garuda dan Lion Air tersebut.
Kepala Air Navigation Ngurah Rai, Maskon Humawan mengatakan, kondisi terjadi adalah kedua pesawat berada pada jarak yang terlalu dekat (vertical separation less than minimal).
"Tidak benar pesawat akan tabrakan. Yang terjadi adalah dua pesawat mengalami vertical separation less than minimal, atau jarak vertikal antardua pesawat di bawah standar minimal," kata Humawan, di hadapan para wartawan di Bandara Ngurah Rai, Bali, kemarin.
Humawan menyangkal soal kabar pesawat Boeing 737 Garuda Indonesia tujuan Surabaya-Denpasar dan Boeing 737 Lion Air tujuan Bandung-Denpasar nyaris bertabrakan di udara, di selatan Kabupaten Jembrana, sekitar pukul 14.00 WITA. Kendati begitu, dia menyatakan kedua pesawat hanya terbang terlampau rendah.
"Standar minimalnya 1.000 feet (kaki). Pada kejadian tersebut ketinggian pesawat 700 feet," ujar Humawan.
Kondisi ini, lanjut Humawan, menyebabkan penanda bahaya benturan (warning anticollision) menyalak. "Saat ini pada musim hujan sering terjadi penumpukan pesawat di udara dan di darat. Pada kondisi tertentu, penumpukan bisa mencapai 30 pesawat di atas Bali. Berita yang tersebar tidak jelas sumbernya," ucap Humawan.
Sumber : www.merdeka.com
Sumber : www.merdeka.com
EmoticonEmoticon